KARANG SETIO NAN SEMANGKUK


Latar Belakang Berdirinya Lembago Adat Alam Kerinci, IKRAR SETIA (KARANG SETIO) di Bukit Peninjau Laut

Undang-undang Turun dari Minangkabau, terus ke Hiang ke Betung Kuning, ke Cupak angkai berderik, terus ke Seleman, mako Seleman bernama Muara Undang
Taliti ( Talitai ) mudik dari Jambi, terus ke Tamiai, mako Tamiai bernama Puncak Taliti.
Nenek Tiang Bungkuk merasa susah, maka buah pohon pisang yang menggantung menghadap ke Jambi - maka pohon pisang ditebang, ayam berkokok menghadap ke Jambi-ayam dibunuh.

Tersebutlah sebuah peristiwa bersejarah, yaitu rapat yang diadakan di Bukit Peninjau Laut/ Sitinjau Laut (sebuah bukit yang berada di sekitar daerah Lunang sekarang, dimana dari atas bukit tersebut nampak terlihatlah Lautan Samudera Hindia, maka Bukit itu dinamakan Peninjau Laut).



Untuk keperluan Rapat maka dibangunlah sebuah Gedung sangka tujuh panjang delapan bersegi tiga/ bergonjong tiga, atapnya warna tiga. Atap/ gonjong ijuk dari Alam Minangkabau, Atap Sekaki (daun sike) dari Alam Jambi, Atap gonjong kayu dari Alam Kerinci, maka bernama RAPAT TIGA ALAM.

Apakah yang dirapatkan ? yaitu merapatkan ketetapan Adat dengan Lembaga Alam Kerinci, undang dengan talitinya, Syarak dengan qiyasnya.

Maka dihanguskanlah (dibunuh) kerbau putih setengah dua (yaitu kerbau bunting), ditambah dengan kambing satu ekor. Kerbau diambil dari Bukit Siguntang-guntang, kerbau dibunuh oleh Siak Lengis. Cabe, beras dan kawah dari Alam Kerinci. Garam, kelapa, rempah-rempah dari Muko-muko (dari minangkabau). Kambing Irang dari Sitinjau Laut. Daging kerbaupun dimakan, Tulangnya ditanam, Darahnya dikacau menjadi KARANG SETIO nan SEMANGKUK, nyawanya jadi persembahan dan persumpahan.
Adapun Hasil Rapat adalah : Kepeng Sekepeng (uang sekeping; kata kiasan) dibelah tiga, yaitu :

• Sepertiga Jatuh ke Renah Bukit (Alam Jambi), menjadi Gajah Putih Seberang Laut
• Sepertiga Jatuh ke Alam Minangkabau, menjadi Buaya Kumbang di Pagaruyung
• Sepertiga jatuh ke Alam Kerinci menjadi Naga Sakti Bergelang Emas, emas Rajo emas Jenang
Gunung yang memuncak adalah Gunung yang Dipertuan, Laut yang berdebur adalah laut Depati Empat Delapan Helai Kain.
Musuh dari laut Tuanku Hitam Berdarah Putih yang menanti, Musuh datang dari hilir Pangeran Tumenggung Kebul di Bukit yang menahan, Musuh berada di tengah Depati Empat Delapan Helai Kain yang mengusir.
Keatas Sepucuk, Kebawah Seurat, Sehilir Semudik, Seiya Sekata, Datang Untung Bersama Berlaba, Datang Rugi Bersama diterima.
Tanah nan Bergabung, Sungai nan Berlaras, hak milik masing-masing. Tidak dibenarkan Beraja di Hati Bersutan di Mata. Serang menyerang dihindari, yang kusut bersama diselesaikan, yang keruh bersama di jernih, yang benar bersama dipakai, yang salah bersama dibuang.

Maka dikukuhkanlah Adat Lembago Alam Kerinci, Adat Alam Kerinci apa yang telah ada, Adat Bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah.
Undang-undang kembali ke Minangkabau, Taliti kembali ke Jambi. Emas seEmas tinggal di Alam Kerinci, Kitabullah tinggal di Kerinci, Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah.

Adapun Alam Kerinci mendapat Watas Wilayah sebagai berikut :

Penetai Pematang Putus, Takulek Jatuh Kacinde Lapeh, Tamiai Merentak Mudik, Gunung Kerinci Merentak Hilir, Sungai Ligo Sako Kecik berbunyi Kuaou, Sungai Pagu be-Air Terjun, KERINCI TINGGI namanya.
Tanah Rendah Tanah Abang, Pulau Rengas Batang Asai, Sungai Manau Pangkalan Jambu, KERINCI RENDAH namanya.


RIWAYAT KARANG SETIO
(sumber : Surat Bertulisan Melayu ditulis pada kertas, yang tersimpan di Mendapo Kemantan)

Surat akan jadi ingatan Kiyai Depati Raja Muda. wakatibuhu PADUKA SERI MUHAMMAD SYAH JOHAN BERDAULAT illahi fil'alam.
Diperbuat Surat ini di Inderapura pada Bulan Ramadhan 23 sanah 12(..?)6, Demikianlah supaya maklum tuan-tuan yang melihat surat ini.

Fasal pada menyatakan patuturan dan pakauanan Yang Dipertuan Inderapura dengan Kerinci. Bahwa pada awalnya Yang Dipertuan Berdarah Putih tetap diatas Tahta Kerajaan pada Negeri Jayapura Ujung Tanah Pagaruyung Serambi Alam Minangkabau, memerintah sekalian daerah Pesisir Barat.

Pada Suatu hari maka datanglah Datuk Permidiwasa dari Tapan hendak menghadap Duli Yang Dipertuan. Titah Yang Dipertuan : " Hendaklah bawa segera dia kemari " , maka Datuk Permidiwasa segera menghadap. Maka ditegur oleh yang Dipertuan : " apa kabar datuk Permidiwasa ? ". Sembah Datuk Permidiwasa : " Patih bertemu dengan seorang manusia muara hutan sebelah bukit barisan ini, dia hendak menghadap Duli Yang Dipertuan, dia patih bawa ikut serta dengan patih, jika boleh dia menghadap, patih panggil akan dia, jika tidak patut pekerjaan patih itu, diharapkan Yang Dipertuan memberi ampun diatas batu kepala patih yang bebal ini, dan supaya patih segera melenyapkan dia dari sini.
Titah Yang Dipertuan : " panggil akan dia segera kemari ". kemudian orang itupun datang. Titah Yang Dipertuan : " Siapa namamu dan darimana asalmu ? ". Jawabnya : " aku datang dari negeri sebelah bukit barisan, namanya KERINCI, nama aku RAJA BERKILAT, dusanak aku RAJA BAKAWIA. Titah Yang Dipertuan : " Adakah negeri disebelah bukit barisan ini ? ". Jawab Raja Berkilat : " Ada, Yang Dipertuan ". Titah Yang Dipertuan : " Kalau begitu marilah kita membuat SUMPAH SETIO supaya negeri aku dan negeri kamu menjadi satu ". Jawab Raja Berkilat : " Tidak aku berani membuat Sumpah Setio dengan Yang Dipertuan, kerena aku ini suruhan orang ". Adalah Pertuanan aku bernama Raja Muda pancarannya daripada Tuan Perpatih Sebatang dari Minangkabau, jika Yang Dipertuan hendak bersumpah setio, dengan beliau itulah ".

Maka Raja berkilatpun pulang ke Kerinci membawa kabar kepada Raja Muda, maka berpatutanlah mufakat itu. Maka Raja Berkilat pun merambah jalan yang semak, menggabung batang yang terlintang, meranteh onang yang berjahit dari Kerinci ke Jayapura, di Istana Taluk Air Manis. Maka Yang Dipertuan naik dari Jayapura, Raja Muda naik dari Kerinci, maka bertemulah diatas Bukit Peninjau Laut. Dibuatlah Balai Panjang duabelas, yaitu dua belas hasta. Maka dipotonglah Kerbau Putih tengah dua, yaitu kerbau bunting. Dipertigalah kepeng yang sekepeng, diaru darah kerbau, diamakan dagingnya, nyawanya dipersembahkan. Kalau ke Gunung, Gunung Yang Dipertuan, kalau ke Laut, Laut Depati 4, sedalam laut setinggi langit, nan tidak lapuk oleh hujan, tidak lekang oleh panas.
Siapalah orang yang bersumpah ? Raja Muda dari Kerinci, Depati Rantau Telang dari Kerinci Rendah.
Siapa yang mengarang Sumpah Setio ? Ialah Pangeran Keburu di Bukit datang dari Tanah Jambi.

Maka jadilah Tanah Kerinci Tanah Menang, yaitu tanah pertemuan raja, antara Sultan Jambi dan Sultan Inderapura. Jika menghadap ke hilir jadilah beraja ke Jambi, jika menghadap ke barat, ialah ke Inderapura. Akan kepeng sekepeng dipertiga : sepertiga ke pesisir balik bukit, sepertiganya ke Kubang Sungai Pagu, sepertiganya tinggal di Kerinci. Maka diguntinglah Rambut Yang Dipertuan Berdarah Putih, tinggal di Kerinci ganti batang tubuh Yang Dipertuan. KERIS MALILA mengaru Karang Setio yaitu Keris Malila Panikam Batu. Takkala Yang Dipertuan naik ke tanah daratan di Pulau Langka Puri, dari Gunung Gemala Rampah jadilah Keris itu Lantak tempat bergantung oleh Yang Dipertuan, itupun tinggal di Kurinci akan ganti tulang belakang Yang Dipertuan, sarungnya kembali ke Jayapura. Dan Mangkuk tempat Mengarang Setio tinggal di Kerinci akan ganti mulut Yang Dipertuan. Raja Berkilat diberi Gelar Pemangku Sukarami Hitam, karena tidak mengubah kata Raja Pertuanannya. Apalah pekerjaannya ? jalan semak dirambah, batang melintang di gabung. Jadi kuatlah perjanjian itu dan hendaklah dipegang dan diingatkan ke anak cucu.

Barang siapa mengubah dikutuk Allah dikutuk Rasulullah dan Quran 30 juz. Dikutuk Karang Setio, dimakan Biso Kawi, Anak dikandung menjadi Batu, Padi diTanam Lalang yang Tumbuh.

Comments

Popular Post