Sejarah Kerinci
ASAL USUL ORANG KERINCI
Dari bukti2 sejarah dapat diketahui bahwa orang Kerinci berasal dari Ras Melayu, spesifiknya PROTO MELAYU (MELAYU TUA) yang bermigrasi ke Pulau Sumatera dan Nusantara sebelum gelombang migrasi DEUTRO MELAYU (MELAYU MUDA), Ada beberapa teori migrasi Ras Melayu yang di paparkan oleh para ahli antropologi dan arkeologi dan ahli sejarah yang sampai saat ini masih diperdebatkan.
Menurut para pakar, pada waktu kedatangan Proto Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci, di daerah ini sendiri telah didiami oleh manusia. Para ahli memberi istilah " Manusia Kecik Wok Gedang Wok". dari mana asal usul manusia Kecik Wok Gedang Wok, belum ada para pakar yang bisa memastikannya. Istilah Kecik Wok Gedang Wok dipakai karena masyarakat itu belum mempunyai nama panggilan, sapaan diantara sesamanya hanya dengan menggunakan sebutan "Wok". kehidupan masih primitif, mereka penghuni goa-goa dan tebing2 batu.
Kapan datangnya Kecik Wok Gedang Wok ke wilayah Alam Kerinci ?...
dan darimana asalnya masih di perdebatkan para ahli, namun yang jelas mereka merupakan penduduk pertama disini. Dalam perjalanan sejarah, Kecik Wok Gedang Wok telah mengalami percampuran dengan penduduk2 yang datang kemudiannya, termasuk percampuran dengan Ras Melayu Tua dan Ras Melayu Muda, sehingga saaat ini tidak ditemukan lagi orang Kecik Wok Gedang Wok yang berdarah murni (asli). Manusia Kecik Wok Gedang Wok diperkirakan telah menghuni Kerinci semenjak 10.000 Tahun yang silam.
Perjalanan kehidupan nenek moyang orang Kerinci berkembang dengan cepat, diantaranya menyebar mencari daerah2 baru kesebelah selatan Kerinci Tinggi, yaitu daerah Serampas, Sungai Tenang, Muara Siau dan Jangkat. Sebagian lainnya migrasi ke Kerinci Rendah; daerah sekarang yang disebut Sungai Manau (Tanah Renah), Lubuk Gaung dan Nalo Tantan.
Penyebaran Orang Kerinci bahkan samapai ke daerah Koto Baru (wil.Sumatera Barat paling Selatan). Demikian pula halnya komunitas orang Kerinci yang ada di Serampas, Sungai Tenang, Muara Siau dan Jangkat, sebagian ada yang berpindah dan menetap di daerah sepanjang aliran Sungai Batang Limun, Batang Asai dan daerah Sarolangun. Di daerah Muara Bungo dan Sarolangun mereka membentuk persekutuan masyarakat adat sendiri. Walaupun mereka tidak berada dalam wilayah Alam Kerinci secara geografris, namun hubungan dengan daerah asalnya tetap terjalin baik. Komunitas ini menamakan dirinya dengan " ORANG BATIN".
Kebudayaan dan adat istiadat orang batin banyak persamaan dengan orang Kerinci Tinggi, termasuk dalam hal ciri-ciri fisik. Kesamaan itu karena mereka berasal dari keturunan Nenek Moyang yang sama. Orang Batin sendiri pada Musyawarah Adat Kabupaten Sarko Tahun 1969 mengatakan tentang asal usulnya, dalam Seluko Adat (pepatah adat) : " Pucuk adalah induk segalo Batin ". Pucuk artinya daerah diatas, yaitu daerah yang lebih tinggi yaitu Kerinci Tinggi.
ASAL USUL NAMA KERINCI
Kata " Kerinci " diperkirakan baru dikenal orang sekitar awal Tahun Masehi. Kepastian tentang asal usul nama "Kerinci" memang sulit untuk dijawab dan sampai sekarang masih di perdebatkan banyak kalangan. Karena ada berbagai macam versi pendapat tentang itu, dengan argumentasi yang bermacam-macam pula. Tapi kita tidak usah larut dengan polemik itu.
Sebutan kata Kerinci dalam masyarakat Kerinci sendiri diucapkan dengan dialek yang berbeda, yang merupakan pengaruh dialek masing-masing bahasa tiap-tiap dusun, suku atau kalbu/ komunitas masyarakat yang berbeda. Memang di daerah Sakti Alam Kerinci kaya akan dialek bahasa. Lain Dusun/Desa/Koto, lain pula dialek bahasanya. Pada prinsipnya bahasanya hampir sama, hanya dialek saja yang sedikit berbeda. namun ada juga kosa kata tertentu yang memang penyebutan dan dialeknya berbeda jauh.
Orang Sungai Penuh, Pondok Tinggi, Dusun Baru, Hamparan Rawang, Koto Lanang, Tanjung Pauh dan sekitarnya menyebut kata Kerinci dengan sebutan : KINCAI
Orang Semurup, Siulak dan sekitarnya menggunakan kata : KINCI
Orang Kerinci Hilir (P.sangkar, Lempur, Tamiai) menggunakan kata : KRINCI
Orang MinangKabau ada yang menggunakan kata : KURINCI
Berikut beberapa versi pendapat tentang asal usul nama " Kerinci " yang dikenal dengan julukan : SEKEPAL TANAH YANG TERCAMPAK DARI SURGA atau sering juga orang menyebut TANAH SERAMBI MADINAH
* Sebuah legenda mengatakan bahwa nama Kerinci berasal dari kata " KUNCI ", yang mengkiaskan daerah ini berada dalam kondisi geografis yang terkunci, dimana dikelilingi oleh bukit barisan yang berlapis-lapis dengan medan yang sulit untuk menembus daerah ini pada zaman dahulu, seolah daerah ini tertutup untuk akses keluar (terkunci).
* Sebagian orang ada yang berpendapat asal nama Kerinci dari keadaan geografis Kerinci yaitu yang " Kering-kering Cair". dimana pada musim penghujan sebagian daerah kerinci terendam banjir akibat meluapnya air sungai dan danau kerinci, sebaliknya pada musim kemarau iklim menjadi kering.
* Sebagian berpendapat, kata Kerinci berasal dari bahasa India kuno (Tamil) yang berarti perbukitan atau pegunungan. Orang Tamil dari India Selatan pada masa Kerajaan Mahenjodaro dan Harappa (lebih kurang 3000 thn SM) mengenal baik daerah Kerinci sebagai penghasil Kemenyan, Cempaka, Kayu Sigi (Pinus), dsb
ASAL USUL PEMUKIMAN NENEK MOYANG ORANG KERINCI
Nenek Moyang orang Kerinci selalu membuat pemukiman pada daerah-daerah yang subur, yang sering disebut ; Talang, Dusun, Koto. Perkembangan pemukiman ini diperkirakan terjadi pada Zaman SUGINDO. Pada masa Sugindo perkembangan kehidupan masyarakat sudah jauh lebih maju, mereka sudah mulai hidup menetap.
Mengacu pada tempat penemuan benda-benda peninggalan sejarah, maka diketahui pemukiman-pemukiman yang pernah dibuat nenek moyang pada zaman dulu diantaranya terletak di:
1. Disekitar Gunung Masurai, Danau Depati
Empat (Danau Besar), Danau Pauh. Diperkirakan daerah-daerah ini
merupakan Lokasi Dusun Purba; Renah Punti, Talang Menggala, Muara Penon,
Durian Tinggi dan Sungai Kuyung. Kelima Dusun itu diperkirakan berada
disekitar daerah Serampas dan Sungai Tenang Kecamatan Jangkat. dan
disekitar daerah itu diperkirakan juga terdapat Dusun Purba Koto Mutun,
Renah Lipai Tuo, Pelegai Panjang, yang berada dalam Kecamatan Muara
Siau.
2. Disebelah Selatan Danau Kerinci sekitar Dusun Muak sekarang, terdapat dusun purba Jerangkang Tinggi.
3. Disebelah tepi Barat Danau Kerinci sekitar Dusun Jujun dan Benik sekarang.
4. Di dataran Tinggi diatas kota
Sungai Penuh, diantara Bukit Mejid dan Bukit Koto Tinggi, disekitar
daerah Koto Pandan sekarang.
5. Disekitar perbukitan diatas Dusun Kumun sekarang
6. Disekitar perbukitan diatas Sungai Liuk, diperkirakan tempat dusun purba Koto Bingin
7. Disekitar perbukitan diatas Simpang Belui dan Semurup, diperkirakan tempat dusun purba Koto Limau Sering.
8. Disekitar Hiang diperkirakan terdapat dusun purba Koto Jelatang.
Banyak dusun yang terbentuk secara bertahap dalam selang waktu yang cukup lama, sebagai contoh :
1. Dari Dusun Purba JERANGKANG TINGGI berkembang Dusun Pulau Sangkar, Sanggaran Agung, Jujun, Pulau Tengah dan Pengasi.
2. Dari Dusun Pulau sangkar kemudian pindah ke utara berkembang Dusun Lekuk 33 Tumbi yang kemudian menjadi Dusun Terutung, sebagian berpindah ke arah barat melahirkan dusun Lekuk 50 Tumbi atau Dusun Lempur sekarang. Dari dusun Pulau sangkar berkembang Dusun Pondok, Muak, Lolo, Lubuk Paku, Keluru, Semerap.
3. Dari Dusun Sanggaran Agung berkembang menjadi Dusun Tanjung Pauh Mudik, Pondok Siguang, Tanjung Pauh Hilir, Talang Kemulun.
4. Dari Dusun Pengasi berkembang menjadi Dusun Pulau Pandan, Pendung Talang Genting, Tebing Tinggi, Seleman, Tanjung Batu, Pidung. Untuk Seleman sebagian penduduknya berasal dari Dusun Purba Koto Jelatang.
5. Dari Dusun Pulau Tengah berkembang menjadi Dusun Koto Tuo dan Koto Dian.
6. Dari Dusun Jujun berkembang menjadi Dusun Benik.
7. Dari Dusun Siulak Mukai di Tanah Sekudung, berkembang menjadi Dusun Mukai Mudik, Mukai Tengah, Mukai Ilir, Siulak Gedang, Siulak Panjang, Lubuk Nagodang, Siulak Kecik, Siulak Tenang, Tanjung Genting, Koto Kapeh, Sungai Pegeh, Dusun Baru, Sungai Labu.
PUSAKO KERINCI
Dengan Segala Hormat...
Bapak/ Saudara/i / yang mempunyai (menyimpan) PUSAKA peninggalan Leluhur, selingkungan SAKTI ALAM KERINCI, kami persilahkan untuk ikut BERKONTRIBUSI di blog ini dengan mengirimkan File Gambar/ Foto kepada kami, File Gambar / Foto dapat dikirimkan ke alamat email berikut :
atau dapat menghubungi kami di alamat kontak kami di +6285266997763, setelah file di email harap konfirmasi ke kami
Nama pengirim Foto dapat kami sertakan atau kami rahasiakan sesuai dengan permintaan yang bersangkutan...
Bapak/ Saudara/i / yang mempunyai (menyimpan) PUSAKA peninggalan Leluhur, selingkungan SAKTI ALAM KERINCI, kami persilahkan untuk ikut BERKONTRIBUSI di blog ini dengan mengirimkan File Gambar/ Foto kepada kami, File Gambar / Foto dapat dikirimkan ke alamat email berikut :
atau dapat menghubungi kami di alamat kontak kami di +6285266997763, setelah file di email harap konfirmasi ke kami
Nama pengirim Foto dapat kami sertakan atau kami rahasiakan sesuai dengan permintaan yang bersangkutan...
Sebagian besar foto Pusaka Kerinci berikut bersumber dari situs: www.pusaka-kerinci.com
fhotograper : Chandra Purnama
Pusako Keris, DEPATI SINGOLAGO TUO - Koto Beringin Hamparan Rawang
Pusako Keris, RIO BUNGSU PUTIH ILAN DI LAMAN KODRAT
Koto Teluk Hamparan Rawang
Pusako Keris, PATIH TIMAH DAHARO - Koto Teluk Hamparan Rawang
Pusako Keris, PATIH MANTI DEPATI - Koto Teluk Hamparan Rawang
Pusako Keris,DATUK KITAN TUO SUSUN NEGERI - Kampung Dilir Hamparan Rawang
Pusako Keris, MANGKU AGUNG RIO- Ladeh
Pusako Keris, DEPATI ATUR BUMI - Hiang Tinggi
Pusako Keris, DEPATI JENTI NALO KERTI - Koto Lanang
Pusako Keris, DEPATI KUNING MELETAK BUMI - KotoTuo
Pusako Keris, MANGKU BANDO DAL CAHYO - Koto Baru
Pusako Keris, MANGKU MUDO - Koto Baru
Pusako Keris, RIO BALANG KODRAT CAYO NEGRI - Koto Limau Manis
Pusako Keris, MANGKU RAJO PERANG - Pendung Hilir
Pusako Keris, RAJO MUDO - Kemantan Darat
Pusako Keris,DEPATI PULAN JAWA - Lempur Tengah
Penurunan Pusako DATUK SINGARAPI Dusun Empih (Kenduri Sko 2011)
Salah satu benda pusaka adalah : KERIS MALILA PANIKAM BATU
Pusako Pedang,RIO BUNGSU PUTIH ILAN DILAMAN KODRAT
Koto Teluk - Hamparan Rawang
Pusako TOMBAK, MANGKU SUKARAME
Larik diair - Koto Teluk - Hamparan Rawang
Pusako Pedang,DEPATI AWAL DEPATI JANGGUT
Sungai Liuk
Pusako Pedang, RIO BALANG KODRAT CAYO NEGRI
Koto Limau Manis - Hamparan Rawang
Fhoto Dusun dan Desa
LUHAH RIO JAYO - SUNGAI PENUH
LUHAH DATUK SINGARAPI PUTIH - SUNGAI PENUH
LUHAH RIO MENDIHO - SUNGAI PENUH
LUHAH RIO TEMENGGUNG - SUNGAI PENUH
DATUK SINGARAPI - DUSUN EMPIH
LUHAH RIO PILIH - TANAH KAMPUNG
LUHAH TUNGGU RAJO - KOTO TUO TANAH KAMPUNG
LUHAH RIO BUNGSU - KOTO TUO TANAH KAMPUNG
LAWANG DEPATI NYATO NEGARO - KOTO RENAH
DEPATI SEKUNGKUNG KAJOE AHO MANGKAK - KOTO LANANG
DESA PONDOK AGUNG - PONDOK TINGGI
memasuki SIULAK TANAH SEKUDUNG
memasuki DESA BARU KUBANG
memasuki DESA MUKAI PINTU Kecamatan Siulak
memasuki DESA SUNGAI LANGKAP Kecamatan Siulak
MUKAI TINGGI Kecamatan Siulak
SUNGAI MEDANG
menuju SIULAK MUKAI
Untuk keperluan Rapat maka dibangunlah sebuah Gedung sangka tujuh panjang delapan bersegi tiga/ bergonjong tiga, atapnya warna tiga. Atap/ gonjong ijuk dari Alam Minangkabau, Atap Sekaki (daun sike) dari Alam Jambi, Atap gonjong kayu dari Alam Kerinci, maka bernama RAPAT TIGA ALAM.
Apakah yang dirapatkan ? yaitu merapatkan ketetapan Adat dengan Lembaga Alam Kerinci, undang dengan talitinya, Syarak dengan qiyasnya.
Maka dihanguskanlah (dibunuh) kerbau putih setengah dua (yaitu kerbau bunting), ditambah dengan kambing satu ekor. Kerbau diambil dari Bukit Siguntang-guntang, kerbau dibunuh oleh Siak Lengis. Cabe, beras dan kawah dari Alam Kerinci. Garam, kelapa, rempah-rempah dari Muko-muko (dari minangkabau). Kambing Irang dari Sitinjau Laut. Daging kerbaupun dimakan, Tulangnya ditanam, Darahnya dikacau menjadi KARANG SETIO nan SEMANGKUK, nyawanya jadi persembahan dan persumpahan.
Adapun Hasil Rapat adalah : Kepeng Sekepeng (uang sekeping; kata kiasan) dibelah tiga, yaitu :
• Sepertiga Jatuh ke Renah Bukit (Alam Jambi), menjadi Gajah Putih Seberang Laut
• Sepertiga Jatuh ke Alam Minangkabau, menjadi Buaya Kumbang di Pagaruyung
• Sepertiga jatuh ke Alam Kerinci menjadi Naga Sakti Bergelang Emas, emas Rajo emas Jenang
Gunung yang memuncak adalah Gunung yang Dipertuan, Laut yang berdebur adalah laut Depati Empat Delapan Helai Kain.
Musuh
dari laut Tuanku Hitam Berdarah Putih yang menanti, Musuh datang dari
hilir Pangeran Tumenggung Kebul di Bukit yang menahan, Musuh berada di
tengah Depati Empat Delapan Helai Kain yang mengusir.
Keatas Sepucuk, Kebawah Seurat, Sehilir Semudik, Seiya Sekata, Datang Untung Bersama Berlaba, Datang Rugi Bersama diterima.
Tanah
nan Bergabung, Sungai nan Berlaras, hak milik masing-masing. Tidak
dibenarkan Beraja di Hati Bersutan di Mata. Serang menyerang dihindari,
yang kusut bersama diselesaikan, yang keruh bersama di jernih, yang
benar bersama dipakai, yang salah bersama dibuang.
Undang-undang kembali ke Minangkabau, Taliti
kembali ke Jambi. Emas seEmas tinggal di Alam Kerinci, Kitabullah
tinggal di Kerinci, Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah.
Adapun Alam Kerinci mendapat Watas Wilayah sebagai berikut :
Penetai Pematang Putus, Takulek Jatuh
Kacinde Lapeh, Tamiai Merentak Mudik, Gunung Kerinci Merentak Hilir,
Sungai Ligo Sako Kecik berbunyi Kuaou, Sungai Pagu be-Air Terjun,
KERINCI TINGGI namanya.
Tanah Rendah Tanah Abang, Pulau Rengas Batang Asai, Sungai Manau Pangkalan Jambu, KERINCI RENDAH namanya.
RIWAYAT KARANG SETIO
(sumber : Surat Bertulisan Melayu ditulis pada kertas, yang tersimpan di Mendapo Kemantan)
Surat akan jadi ingatan Kiyai Depati Raja Muda. wakatibuhu PADUKA SERI MUHAMMAD SYAH JOHAN BERDAULAT illahi fil'alam.
Diperbuat Surat ini di Inderapura pada Bulan Ramadhan 23 sanah 12(..?)6, Demikianlah supaya maklum tuan-tuan yang melihat surat ini.
Fasal pada menyatakan patuturan dan pakauanan Yang Dipertuan Inderapura dengan Kerinci. Bahwa pada awalnya Yang Dipertuan Berdarah Putih tetap diatas Tahta Kerajaan pada Negeri Jayapura Ujung Tanah Pagaruyung Serambi Alam Minangkabau, memerintah sekalian daerah Pesisir Barat.
Pada Suatu hari maka datanglah Datuk Permidiwasa dari Tapan hendak menghadap Duli Yang Dipertuan. Titah Yang Dipertuan : " Hendaklah bawa segera dia kemari " , maka Datuk Permidiwasa segera menghadap. Maka ditegur oleh yang Dipertuan : " apa kabar datuk Permidiwasa ? ". Sembah Datuk Permidiwasa : " Patih bertemu dengan seorang manusia muara hutan sebelah bukit barisan ini, dia hendak menghadap Duli Yang Dipertuan, dia patih bawa ikut serta dengan patih, jika boleh dia menghadap, patih panggil akan dia, jika tidak patut pekerjaan patih itu, diharapkan Yang Dipertuan memberi ampun diatas batu kepala patih yang bebal ini, dan supaya patih segera melenyapkan dia dari sini.
Titah Yang Dipertuan : " panggil akan dia segera kemari ". kemudian orang itupun datang. Titah Yang Dipertuan : " Siapa namamu dan darimana asalmu ? ". Jawabnya : " aku datang dari negeri sebelah bukit barisan, namanya KERINCI, nama aku RAJA BERKILAT, dusanak aku RAJA BAKAWIA. Titah Yang Dipertuan : " Adakah negeri disebelah bukit barisan ini ? ". Jawab Raja Berkilat : " Ada, Yang Dipertuan ". Titah Yang Dipertuan : " Kalau begitu marilah kita membuat SUMPAH SETIO supaya negeri aku dan negeri kamu menjadi satu ". Jawab Raja Berkilat : " Tidak aku berani membuat Sumpah Setio dengan Yang Dipertuan, kerena aku ini suruhan orang ". Adalah Pertuanan aku bernama Raja Muda pancarannya daripada Tuan Perpatih Sebatang dari Minangkabau, jika Yang Dipertuan hendak bersumpah setio, dengan beliau itulah ".
Maka Raja berkilatpun pulang ke Kerinci membawa kabar kepada Raja Muda, maka berpatutanlah mufakat itu. Maka Raja Berkilat pun merambah jalan yang semak, menggabung batang yang terlintang, meranteh onang yang berjahit dari Kerinci ke Jayapura, di Istana Taluk Air Manis. Maka Yang Dipertuan naik dari Jayapura, Raja Muda naik dari Kerinci, maka bertemulah diatas Bukit Peninjau Laut. Dibuatlah Balai Panjang duabelas, yaitu dua belas hasta. Maka dipotonglah Kerbau Putih tengah dua, yaitu kerbau bunting. Dipertigalah kepeng yang sekepeng, diaru darah kerbau, diamakan dagingnya, nyawanya dipersembahkan. Kalau ke Gunung, Gunung Yang Dipertuan, kalau ke Laut, Laut Depati 4, sedalam laut setinggi langit, nan tidak lapuk oleh hujan, tidak lekang oleh panas.
Siapalah orang yang bersumpah ? Raja Muda dari Kerinci, Depati Rantau Telang dari Kerinci Rendah.
Siapa yang mengarang Sumpah Setio ? Ialah Pangeran Keburu di Bukit datang dari Tanah Jambi.
Maka jadilah Tanah Kerinci Tanah Menang, yaitu tanah pertemuan raja, antara Sultan Jambi dan Sultan Inderapura. Jika menghadap ke hilir jadilah beraja ke Jambi, jika menghadap ke barat, ialah ke Inderapura. Akan kepeng sekepeng dipertiga : sepertiga ke pesisir balik bukit, sepertiganya ke Kubang Sungai Pagu, sepertiganya tinggal di Kerinci. Maka diguntinglah Rambut Yang Dipertuan Berdarah Putih, tinggal di Kerinci ganti batang tubuh Yang Dipertuan. KERIS MALILA mengaru Karang Setio yaitu Keris Malila Panikam Batu. Takkala Yang Dipertuan naik ke tanah daratan di Pulau Langka Puri, dari Gunung Gemala Rampah jadilah Keris itu Lantak tempat bergantung oleh Yang Dipertuan, itupun tinggal di Kurinci akan ganti tulang belakang Yang Dipertuan, sarungnya kembali ke Jayapura. Dan Mangkuk tempat Mengarang Setio tinggal di Kerinci akan ganti mulut Yang Dipertuan. Raja Berkilat diberi Gelar Pemangku Sukarami Hitam, karena tidak mengubah kata Raja Pertuanannya. Apalah pekerjaannya ? jalan semak dirambah, batang melintang di gabung. Jadi kuatlah perjanjian itu dan hendaklah dipegang dan diingatkan ke anak cucu.
Barang siapa mengubah dikutuk Allah dikutuk Rasulullah dan Quran 30 juz. Dikutuk Karang Setio, dimakan Biso Kawi, Anak dikandung menjadi Batu, Padi diTanam Lalang yang Tumbuh.
Uli Kozok : Penemu Naskah Undang-Undang Zaman Adityawarman
Contributed by Syofiardi Bachyul Jb/PadangKini.com
Thursday, 17 April 2008
Last Updated Saturday, 19 April 2008
ULI Kozok, doktor filologi asal Jerman, telah mengejutkan dunia penelitian bahasa dan sejarah kuno Indonesia. Lewat
temuan sebuah naskah Malayu kuno di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang ia lihat pertama kali di tangan penduduk
pada 2002, ia membantah sejumlah pendapat yang telah menjadi pengetahuan umum selama ini.
Pendapat pertama, selama ini orang beranggapan naskah Malayu hanya ada setelah era Islam dan tidak ada tradisi
naskah Malayu pra-Islam. Artinya, dunia tulis-baca orang Malayu diidentikkan dengan masuknya agama Islam di
nusantara yang dimulai pada abad ke-14.
"Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah" yang ditemukan Kozok merupakan naskah pertama yang menggunakan
aksara Pasca-Palawa dan memiliki kata-kata tanpa ada satupun serapan ‘berbau' Islam.
Berdasar uji radio karbon di Wellington, Inggris naskah ini diperkirakan dibuat pada zaman Kerajaan Adityawarman di
Suruaso (Tanah Datar, Sumatera Barat) antara 1345 hingga 1377. Naskah ini dibuat di Kerajaan Dharmasraya yang
waktu itu berada di bawah Kerajaan Malayu yang berpusat di Suruaso. Karena itu Kozok mengumumkan naskah
tersebut sebagai naskah Malayu tertua di dunia yang pernah ditemukan.
"Ada pakar sastra dan aksara menganggap tidak ada tradisi naskah Malayu sebelum kedatangan Islam, ada yang
beranggapan Islam yang membawa tradisi itu ke Indonesia, dengan ditemukannya naskah ini teori itu runtuh," kata
Kozok yang bertemu Padangkini.com di Siguntur, Kabupaten Dharmasraya pengujung Desember 2007.
Aksara Sumatera Kuno
Pendapat kedua, seperti halnya Jawa, Sumatera sebenarnya juga memiliki aksara sendiri yang merupakan turunan dari
aksara Palawa dari India Selatan atau aksara Pasca-Palawa. Selama ini aksara di sejumlah prasasti di Sumatera,
seperti sejumlah prasasti-prasasti Adityawarman, disebut para ahli sebagai aksara Jawa-Kuno.
Padahal, menurut Kozok, aksara itu berbeda. Seperti halnya di Jawa, di Sumatera juga berkembang aksara Pasca-
Palawa dengan modifikasi sendiri dan berbeda dengan di jawa yang juga bisa disebut Aksara Sumatera-Kuno.
Prasasti-prasasti peninggalan Adityawarman di Sumatera Barat, menurutnya, sebenarnya aksara Pasca-Palawa
Sumatera-Kuno, termasuk yang digunakan pada Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah dengan perbedaan satu-dua
huruf. Namun selama ini prasasti-prasasti itu disebut ahli yang umumnya berasal dari Jawa sebagai aksara Jawa-Kuno.
"Mereka punya persepsi bahwa Sumatera itu masih primitif dan orang Jawa yang membawa peradaban, begitulah
gambaran secara kasar yang ada dibenak mereka, karena mereka peneliti Jawa, sehingga ketika mereka datang ke
Sumatera dan melihat aksaranya, menganggap aksara Sumatera pasti berasal dari Jawa, nah sekarang kita tahu bahwa
kemungkinan aksara itu duluan ada di Sumatera daripada di Jawa," katanya.
Pendapat ketiga, kerajaan Malayu tua pada zaman Adityawarman telah memiliki undang-undang tertulis yang detail.
Undang-undang ini dikirimkan kepada raja-raja di bawahnya. Selama ini belum pernah ada hasil penelitian yang
menyebutkan Kerajaan Malayu Kuno memiliki undang-undang tertulis.
Pendapat keempat, dengan ditemukannya "Naskah Undang-Undang Tanjung Tanah" selangkah lagi terkuak informasi
mengenai Kerajaan Dharmasraya, Adityawarman, dan Kerajaan Malayu yang beribukota di Suruaso (Tanah Datar).
Naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Malayu beribukota Suruaso yang dipimpin oleh Maharaja Diraja, di
bawahnya Dharmasraya yang dipimpin Maharaja, dan di bawah Dharmasraya adalah Kerinci yang dipimpin Raja.
"Meski begitu saya yakin kekuasaan Suruaso dan Dharmasraya terhadap Kerinci hanya secara ‘de jure' (hukumred)
dan bukan ‘de facto' (kekuasaan), sebab Kerinci waktu itu tetap memiliki kedaulatannya sendiri,
hubungannya lebih kepada perekonomian karena Kerinci penghasil emas dan pertanian," kata Kozok.
Terkenang Kebaikan Bupati Kerinci
Uli Kozok (nama lengkapnya Ulrich Kozok) lahir di Hildesheim, Niedersachsen, Jerman pada 26 Mei 1959. Lelaki
berkebangsaan Jerman dan permanent resident di New Zealand dan USA ini, pernah menjadi dosen di Universitas
Cimbuak - Forum Silaturahmi dan Komunikasi Masyarakat Minangkabau
http://www.cimbuak.net Powered by Joomla! Generated: 17 April, 2012, 16:28
Auckland pada 1994-2001. Kini sejak 2001 menjadi Assosiate Professor, Department of Hawaiian and Indo-Pacific
Languages an Literatures di University of Hawai'I di Manoa, USA.
Sebelum meneliti naskah kuno Kerinci, Kozok yang fasih bahasa Indonesia dan Batak ini bertahun-tahun mempelajari
bahasa, budaya, dan sastra Batak. Bahkan lelaki yang kawin dengan dengan perempuan asal Batak Karo dan memiliki
dua anak ini, meraih meraih gelar MA pada 1989 dan PhD pada 1994 dari University of Hamburg dengan tesis dan
disertasi tentang bahasa Batak.
Tiga bukunya dalam bahasa Indonesia tentang bahasa Batak pernah diterbitkan tiga penerbit di Indonesia pada 1999
dan 2005.
Pengalaman di Kerinci menyimpan kenangan tersendiri bagi Kozok atas keramahan pejabat dan masyarakatnya.
Seorang koleganya di Universitas Auckland memperkenalkan dengan seorang tokoh masyarakat Kerinci mantan
anggota DPRD bernama Sutan Kari.
Ketika pada 1999 Kozok berkunjung ke Kerinci dan dipertemukan dengan Bupati Fauzi Siin untuk tujuan penelitian
aksara Kerinci, sang bupati mengatakan penelitian itu sangat penting dan membantunya sepenuh hati.
"Ia menanyakan persiapan saya di Kerinci, di mana menginap dan bagaimana transportasinya karena mesti ke kampungkampung,
saya katakan belum saya pikirkan, lalu diambilnya kunci mobilnya di saku dan dilemparkan ke saya, ini
mobilnya, katanya, Bupati juga membayar penginapan, saya sangat mendapat sambutan yang luar biasa," kenang
Kozok.
Pada 2002 ia kembali ke Kerinci untuk melanjutkan penelitian terhadap naskah-naskah lama yang ditulis dalam aksara
Kerinci. Ketika hendak pulang dari melihat naskah yang disimpan masyarakat di Sungai Penuh, ibu Kabupaten Kerinci,
ia mengatakan kepada Sutan Kari selama di Kerinci tidak pernah melihat naskah dari kulit kayu yang umumnya di Batak.
Sutan Kari mengatakan ada satu di Tanjung Tanah, sebuah desa di tepi Danau Kerinci.
"Hari itu karena sudah sore, kami ke sana dan kebetulan yang menyimpan naskah itu seorang guru sekolah, walaupun
melihat naskah itu harus ada syarat segala macam, dia turunkan dan diperlihatkan kepada saya, saya buat foto,"
katanya.
Naskah yang ditulis di kertas yang terbuat dari kayu daluang itu disimpan dalam periuk dari tanah yang juga mungkin
usianya sudah ratusan tahun. Di dalam periuk itu masih ada kain dan baju yang sudah sangat kuno. Benda yang
dijadikan pusaka itu dibalut dengan kain, dimasukkan dalam periuk, periuk disimpan dalam kardus dan ditaruh di loteng.
Banyak yang Tak Percaya
Bermula dari situ, Kozok menelitinya. Kemudian mengirim email kepada beberapa kolega mengatakan kemungkinan
naskah tersebut berasal dari abad ke-14.
"Mereka semua menjawab; lupaklanlah, itu mustahil, tidak mungkin ada bahan yang bisa bertahan begitu lama, jadi
mereka itu sangat tidak percaya, ada yang percaya tetapi kebanyakan tidak percaya," katanya.
Karena sangat yakin, Kozok kembali ke Kerinci selama Mei 2003, lalu meminta sedikit sampel kertas kulit kayu sebanyak
tersebut untuk dikirim ke Rafter Radiocarbon Laboratory di Wellington. Lembaga ini kemudian memberitahukan bahwa
umur naskah Tanjung Tanah lebih dari 600 tahun.
"Sesuai data sejarah yang saya kumpulkan, saya sampai pada kesimpulan bahwa kemungkianan besar naskah itu
berasal dari paruh kedua abad ke-14, dan hasil radiokarbon itu pas sekali, perkiraan saya tidak meleset, itu aksara kuno
yang bentuknya masih mirip aksara Palawa dari India Selatan tapi sudah sangat Sumatera, aksara itu hampir sama yang
digunakan di Minitujuh Aceh, sampai ke Lampung, aksara itu digunakan pada abad itu," katanya.
Sebenarnya naskah Tanjung Tanah pernah dicatat sebagai salah satu daftar naskah kuno Kerinci oleh Petrus
Voorhoeve, pegawai bahasa Zaman Kolonial Belanda pada 1941 sebagai tambo Kerinci dan disimpan di perpustakaan
Koninklijk Instituut voor de Taal, Land, en Volkenkunde (KILV) di Leiden, Belanda.
Di perpustakaan itu ada foto naskah tersebut tapi kurang baik. Voorhoeve menuliskan laporan tentang naskah yang
disebutnya sebagian beraksara rencong, dan halaman lainnya beraksara Jawa Kuno. Namun tidak sampai pada
kesimpulan.
Undang-Undang dari Dharmasraya
Transliterasi dan terjemahan naskah 34 halaman itu dilakukan sejumlah ahli yang dikoordinasi oleh Yayasan Naskah
Nusantara (Yanassa). Ternyata naskah tersebut berisi undang-undang yang dibuat di Dharmasraya (sekarang tepatnya
di tepi Sungai Batanghari di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat) yang diberikan kepada masyarakat Kerinci.
Cimbuak - Forum Silaturahmi dan Komunikasi Masyarakat Minangkabau
http://www.cimbuak.net Powered by Joomla! Generated: 17 April, 2012, 16:28
Dharmasraya waktu itu adalah pusat Kerajaan Malayu beragama Hindu-Buddha di bawah pemerintahan tertinggi di
Saruaso (Tanah Datar) dengan raja Adityawarman. Tulisan tentang naskah kuno ini telah diterbitkan dalam bahasa
Indonesia berjudul Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah, Naskah Malayu yang Tertua (Yayasan Obor Indonesia: 2006).
Edisi sebelumnya dalam bahasa Inggris The Tanjung Tanah Code of Law: The Oldest Extant Malay Manuscript (
Cambridge: St Catharine's College and the University Press: 2004).
Uli Kozok pernah mengikutkan kopian Naskah Tanjung Tanah pada pameran di Singapura 18 Januari hingga 30 Juni
2007 dalam pameran bertajuk "Aksara: The Passage of Malay Scrips-Menjejaki Tulisan Melayu".
Sebelumnya di Malaysia Naskah Tanjung Tanah diseminarkan di University of Malaya, Kuala Lumpur dalam acara
Tuanku Abdul Rahman Conference, 14-16 September 2004. Saat itu Uli Kozok menyerahkan buku Tanjung Tanah Code
of Law terbitan Cambridge University kepada Perdana Menteri Malaysia.
"Mereka (Bupati dan masyarakat Kerinci-red) sudah sangat baik budi kepada saya, dan sekarang... ya mudah-mudahan
saya bisa membantu Kerinci sedikit, mempopulerkan daerahnya, sebagaimana orang Malayu bilang... untuk membalas
budi, sekarang perhatian ilmuwan dari mancanegara sudah banyak terhadap Kerinci sebagai daerah ditemukan naskah
malayu yang tertua," katanya.***
Cimbuak - Forum Silaturahmi dan Komunikasi Masyarakat Minangkabau
http://
kisah kerinci yang tidak benar, masa seleman pemekaran dari desa pengasi. mohon diralat bos
ReplyDeleteoke .. maklum manusia punya kesalahan bos .. krikan sangat membantu
Deletethanks atas informasinya. saya sedikit banyak tahu budaya dan misteri-misteri di Kerinci semacam ini dari novel "Rahasia Sunyi". maju terus, Kerinci!
ReplyDeleteMAJU
DeleteIngin mengenali siapa ILAK bte RAJA MUDA yg dikebumikan di Ulu Langat sekitar tahun 40an...
ReplyDeleteSaya juga sedang mencari sejarah tentang itu .. semoga bisa menemukannya
DeleteAss.. Saya begitu kaget berarti puyang saya oramg asli jambi. Terlihat pedang dn cerita sejarah nya. Karna alhamdllah pedang depati janggut masih asli dn utuh tersimpan drmh alm.nenek saya.
ReplyDeletesedikit banyak kami ngan mudo lah tau... bahwa kito ini adalah satu kesatuan, andaikan anak mudo tau sejarah dak mungkin kami ngan mudo belago antar desa gara2 berebut anak gadih batino ilok rupo burado pulo...perkenalkan kami saudaro dri kemantan
ReplyDeletesaya anak cucu Tunggal Salleh Bin Naung ingin mencari saudara sesusur galur kami di sg. penuh jambi..
ReplyDeleteSalam dari negeri sembilan , malaysia
ReplyDeleteMohon pencerahan ttg sejarah Moyang Temenggung Paku@ ninik Lukap yg makamnya di desa Tanjung Batu, Pidung Kerinci
ReplyDelete